Jumat, 03 Desember 2010

Mencermati Terjadinya Musibah
Solopos (29/10/2010). Allah SWT berjanji kepada orang-orang yang bertaqwa akan memudahkan semua urusannya, akan diberi jalan keluar dari semua kesulitan yang dihadapinya, memberi rezqi yang tidak disangka-sangka, bahkan kepada penduduk negeri yang bertaqwa Allah menjanjikan akan dibukakan berkah dari langit maupun dari bumi.
فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢)وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣)وَاللائِي يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِنْ نِسَائِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلاثَةُ أَشْهُرٍ وَاللائِي لَمْ يَحِضْنَ وَأُولاتُ الأحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا (٤)ذَلِكَ أَمْرُ اللَّهِ أَنْزَلَهُ إِلَيْكُمْ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
“Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.“
“ dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.“
“Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya“. [QS. Ath-Thalaaq : 2-5]
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.“[QS.Al-A'raaf : 96]
Sehingga negeri itu menjadi negeri yang ma’mur, tenteram, damai dan rakyatnya hidup sejahtera (Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur).
Selanjutnya pada ayat itu pula Allah memberikan peringatan dan ancaman, kalau penduduk negeri itu mendustakan ayat-ayat Allah akan ditimpakan siksa kepada mereka. Kaum Saba’ adalah satu kaum yang dianugerahi oleh Allah suatu negeri yang subur, rezqinya berlimpah ruah (Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur), tetapi karena mereka berpaling/tidak bersyukur, maka Allah datangkan banjir yang besar yang menyebabkan jebolnya bendungan Ma’rib, negerinya menjadi hancur dan ditumbuhi pohon-pohon yang buahnya pahit dan tidak enak dimakan.
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.
“Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr“. [QS. Saba' : 15-16]
Allah berkuasa mendatangkan adzab dari atas (hujan batu, hujan abu, awan panas dan sebagainya), dan adzab dari bawah kakimu (banjir, gempa bumi, tsunami dan sebagainya), dan bentuk adzab yang lain adalah mencampurkan kamu pada kelompok yang saling bertikai, satu sama lain ingin merasakan keganasannya.
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
“Katakanlah: ” Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”. [QS. Al-An'aam : 65]
Hal itu dijelaskan oleh Allah agar manusia memperhatikan. Oleh karena itu kita sebagai penduduk yang dikaruniai oleh Allah negeri yang subur ini perlu dan harus memperhatikan peringatan Allah dan memperhatikan mushibah demi mushibah yang bertubi-tubi menimpa negeri ini.
Kalau kita renungkan, rasanya tiga bentuk adzab yang disebutkan oleh ayat tersebut sudah lengkap menimpa negeri ini, mungkinkah nasib bangsa ini seperti yang dialami oleh kaum Saba’ ? Gejala-gejala yang kita lihat lebih mengkhawatirkan daripada yang dialami oleh kaum Saba’. Selain terjadi banjir karena jebolnya bendungan, juga terjadi banjir yang lebih besar, seperti di Wasior (Irian Jaya), dan banjir-banjir yang terjadi di tempat lain, bahkan terjadi Tsunami yang lebih dahsyat lagi, di Aceh tahun 2004 yang lalu, sekarang terjadi lagi tsunami di Mentawai yang menelan korban ratusan jiwa yang meninggal dan yang hilang, disusul dengan letusan gunung berapi (gunung Merapi) yang meletus pada Selasa 26 Oktober 2010 kemarin, yang meluluh lantakkan beberapa desa yang diterjang awan panas, rumah-rumah dan bangunan hancur, tidak ada makhluq hidup yang bisa bertahan, banyak manusia dan hewan-hewan yang mati terbakar oleh awan panas yang biasa disebut “wedhus gembel”.
Belumkah kejadian-kejadian itu menjadi pelajaran bagi kita semua dengan terjadinya mushibah yang bertubi-tubi di negeri ini ? Oleh karena itu, melalui tulisan ini saya serukan kepada saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air di negeri ini, kepada seluruh pemegang kekuasaan, para penegak hukum dan para wakil-wakil rakyat,

“Takutlah kepada Allah, jadilah pemimpin yang bisa memegang amanah dan melayani rakyat, jangan menjadi pemimpin yang menipu, membohongi rakyat. Kepada seluruh rakyat, jadilah rakyat yang baik, hormatilah para pemimpin, sampaikan kritik-kritik yang membangun pada para pemimpin, jangan berbuat anarkis, jangan melakukan pengrusakan yang akan menjadikan negeri ini semakin sulit. Wujudkan persaudaraan yang mantap sesama bangsa yang dipadu dengan ketaqwaan kepada Allah, hentikan pertikaian dan permusuhan, ciptakan perdamaian dan kita segera bertaubat kepada Allah, agar adzab yang menimpa kaum Saba‘ tidak menimpa kepada bangsa kita“.
Semoga bermanfaat untuk kita semua, aamiin ya robbal ‘aalamiin.
Baca Selengkapnya......

Tahun baru islam sebagai momentum Introspeksi diri

Sebentar lagi kita menghadapi tahun baru Islam 1413 H yang bertepatan dengan tanggal 7 Desember 2010. Terkait dengan hal ini, sudah selayaknya kita sebagai umat Islam memaknai tahun baru ini sebagai momentum untuk introspeksi dan perbaikan diri di masa depan. Mari kita bertanya pada diri sendiri, apakah amalan ibadah yang telah kita lakukan selama ini sudah optimal dan sesuai dengan tuntunan Islam? Selanjutnya apa yang akan kita lakukan di masa yang akan datang agar kita menjadi lebih baik lagi. Proses introspeksi ini sangatlah penting kita lakukan, setidaknya ada tiga hal yang melatarbelakanginya yaitu sebagai berikut:

Pertama, Proses evaluasi merupakan sesuatu yang jarang dilakukan oleh setiap orang
Ketika kita menyambut tahun baru, biasanya kalimat yang terucap ialah ”Walaah ngak tarasa yaah…kok sudah tahun baru lagi…”. Hampir sebagian besar orang Islam tidak pernah peduli terhadap karya atau aktivitas amal ibadah yang pernah dilakukannya. Al-Quran menyebut orang yang demikian itu dengan istilah al-ghofilin, yakni orang yang lalai, lengah, dan tidak sadar terhadap apa yang pernah dilakukan.

Kedua, Nyaris umat Islam malas untuk menyusun program ke depan, baik yang bersifat strategis maupun yang bersifat operasional.

Biasanya kita sangat ahli melakukan perencanaan saat berhubungan dengan urusan bisnis, namun sebaliknya kita jarang melakukannya kalau berhubungan dengan urusan iman dan islam kita. Padahal kalau kita mencermati teladan nabi, nabi Muhammad adalah seorang tokoh perencana yang mumpuni, ia bersabda dalam haditnya, “Sesunggunya amal itu tergantung pada niat”. Segala amal itu ditentukan oleh niat, motivasi, atau perencanaan.

Tiga, Apapun kegiatan atau aktivitas akan sulit dikontrol kalau tidak ada perencanaan yang jelas

Sesuai dengan konsep management modern, proses perencanaan dan kontrol merupakan salah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan agar mencapai hasil yang optimal.

Lalu bagaimanakah proses Perencanaan dan Evaluasi berdasarkan perspektif al-Quran, terutama hubungannya dengan momentum Tahun Baru Islam 1431H?

Untuk menjawab tentang hal ini ada baiknya kita merenungi firman Alloh SWT yang termaktub dalam QS al-Hasyr ayat 18:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Dalam ayat di atas Alloh SWT dengan jelas dan gamblang memerintahkan orang yang beriman agar bertaqwa kepada Alloh SWT. Taqwa bisa diartikan sebagai god consiousness, yakni seseorang merasa sadar atau ONLINE kepada Alloh SWT dalam kondisi apapun juga. Saat ia berdiri, duduk maupun berbaring, sehingga ia akan berhati-hati membentengi diri dari kesalahan dan dosa.

Selanjutnya Alloh SWT menyatakan bahwa hendaklah setiap jiwa atau individu melakukan proses evaluasi diri. Perintah proses evaluasi menggunakan kata “Tandhur”, mengandung arti melihat dengan penuh seksama, hati-hati, dan konsentrasi dengan menggunakan semua panca indera yang dimiliki.

Jadi , kita sebagai individu diwajibkan melihat dengan panca indra, akal, hati dan perasaan terhadap segala sesuatu yang telah dilakukan (MA). Kata “MA” dalam ayat ini bermakna perbuatan, sifat, amalan, shodaqoh, ilmu, dan lain sebagainya. Ia bermakna luas mencakup segala jenis kegiatan.

Lebih lanjut lagi, Alloh SWT menyatakan bahwa evaluasi yang telah dilakukan ini haruslah menjadi feedback dalam menyusun rencana masa depan agar hidup lebih baik dan berkualitas (Maximize Action). Segala kendala yang pernah terjadi, janganlah terulang kembali di kemudian hari, bagitu pula peluang yang pernah dilalui jangan sampai mubazir kita manfaatkan.

Beberapa ulama tafsir memberikan penjelasan yang lebih komprehensif tentang ayat ini, terkait dengan proses evaluasi dan perencanaan, yaitu sebagai berikut:

1. Orang yang beriman dan bertaqwa akan menjadi optimal Iman dan Taqwanya kepada Alloh SWT, manakala ia selalu melakukan instrospeksi diri
2. Proses evaluasi hanya efektif kalau didasari oleh iman dan taqwa.
Evaluasi merupakan sistem penilaian. Kalau penilaian ini dilakukan diri sendiri maka kemungkinan bersifat subjektif. Agar dicapai penilaian yang objektif atau sportif maka ia harus punya iman dan taqwa.
3. Jika ingin mendapatkan penilaian efektif dimasa datang maka ia perlu perencanaan
4. Orang iman dan taqwa hanya akan produktif, kalau segala amalan yang dilakukannya berdasarkan perencanaan
5. Perencanaan akan memudahkan mencapai tujuan yang hendak dicapai.
6. Niat (Perencanaan) memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas dan kuantitas amalan. Sebab itu ketika nabi hendak hijrah ke Madinah, dan ditemukan kasus sebagian pemuda yang ikut berhijrah atas dasar wanita cantik, nabi bersabda. “Sesungguhnya amal itu tergantung dari niat”.
7. Alloh SWT akan memberikan bimbingan kepada seseorang yang dalam melakukan amalan diawali dengan niat atau perencanaan yang baik, untuk mengakses berbagai kemampuan yang sebelumnya belum pernah ia dapati. Nabi bersabda, “Barang Siapa yang berbuat amalan yang didasari pengetahuan yang baik, maka Alloh akan membimbing kepada orang untuk untuk memperoleh pengetahuan/ keterampilan baru yang sebelumnya belum ia tahu”.
8. Orang yang beriman, bertaqwa, melakukan evaluasi dan perencanaan akan diberikan keberkahan hidup oleh Alloh SWT. Berkah adalah wujud dari kesejahtreaan. Kebutuhan hidupnya terpenuhi sesuai dengan waktu, baik berupa kebutuhan fisik, rasa aman, sosial, harga diri, dan manfaat kepada orang lain. Dan berkah hidup yang hakikat dan sangat didambakan setiap orang adalah khusnul khotimah.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai pentingnya introspeksi diri sebagai landasan kita untuk berubah menjadi lebih baik di kemudian hari. Semoga momentum Tahun baru 1431 H bisa kita manfaatkan semaksimal mungkin.

(Dikutip dari pengajian malam minggu, Mesjid Darussalam Kota Wisata, 12 Desember 2009)
Baca Selengkapnya......